Mewujudkan Generasi Emas Bangsa
Nilai-nilai Demokrasi Pesantren sebagai Pondasi Karakter Mulia Santriwan di MBS Kota Magelang

Dalam rangka mempersiapkan generasi emas diperlukan kerja sama yang baik antara orang tua, sekolah dan boarding. Kerja sama itu bagaikan anak tangga yang harus dilalui setiap fasenya dengan penuh kesabaran, ketelatenan dan keuletan. Antara orang tua, sekolah dan boarding harus mempunyai visi dan misi yang sama jadi bisa berjalan selaras dan saling beriringan. Antara ketiganya tidak bisa berdiri sendiri oleh karena itu jalinan kerja sama harus terjalin dengan baik. Nilai-nilai demokrasi bisa ditanamkan sejak dini dari pendidikan di dalam rumah yaitu keluarga, jika di dalam rumah sudah kokoh maka ketika di luar rumah tinggal menguatkan. Berbeda Jika di dalam rumah belum mendapatkan stimulasi menanamkan nilai-nilai demokrasi maka akan terasa lebih ekstra lagi dalam menumbuhkan nilai-nilai itu ketika berada di pesantren. Orang tua di rumah bisa mendampingi dalam menumbuhkan nilai-nilai demokrasi kurang lebih hanya 12 tahun saja selebihnya bagi putra-putrinya yang di pesantren akan menyerahkan pendidikannya ke dalam pesantren. Dan kembali akan mengawasi kembali ketika liburan oleh karena maksimalkan waktu yang singkat bagi orang tua yang putra-putrinya masih ada di dalam rumah dalam menumbuhkan nilai-nilai demokrasi dalam diri putra-putrinya.
Keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan demokrasi ditentukan oleh sejauh mana nilai-nilai lokal yang sejalan demokrasi itu diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai-nilai demokrasi seperti penghormatan terhadap sesama, toleransi, penghargaan atas pendapat orang lain dan kesamaan sebagai warga dan menolak adanya diskriminasi. Pendidikan demokrasi diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan pemerintahan yang demokrasi, karena keberhasilan suatu negara dalam menjalankan demokrasi ditentukan oleh pemerintahan yang demokrasi dan masyarakat yang mengembangkan nilai demokrasi dalam kehidupannya.
Keterlibatan generasi muda khususnya para santri dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi di pesantren akan berpengaruh besar dalam kehidupannya yang akan datang. Di bawah ini ciri khas lingkungan MBS khususnya santriwan dalam menanamkan nilai-nilai demokrasi.
- Membentuk Struktur Kepengurusan Santri
Dalam struktur kepengurusan ini akan ditunjuk langsung oleh lurah pondok berdasarkan pengamatan bahwa santri tersebut berkompeten dalam memimpin. Pengamatan ini biasanya dilakukan selama satu tahun sebelumnya. Biasanya bibit-bibit kompeten dalam kepemimpinan sudah terlihat di era sebelumnya jadi lurah pondok sudah mempunyai kandidat sebelum kepemimpinannya berakhir. Setelah berbincang dengan kandidat ketua, maka akan mengumpulkan beberapa kandidat untuk mengisi bagian perbidangnya. Diantaranya ada wakil ketua, sekretaris, bendahara, bidang kesehatan, bidang ibadah, bidang kebersihan dan bidang konsumsi. Setelah menjabat mereka akan membuat program kerja yang akan didampingi oleh musyrif dan akan dibacakan ketika tahun ajaran baru dimulai. Kerja mereka akan didampingi oleh musyrif dan dipantau oleh lurah pondok yang mana akan mengarahkan kepemimpinannya dan mencegah senioritas atau hal-hal yang tidak diinginkan terjadi dan tetap berjalan sesuai dengan norma yang berlaku.
Sebagai contoh program kerja bidang ibadah, ketika adzan sudah berkumandang mereka akan keliling menyusuri kamar, kamar mandi dan tempat-tempat tersembunyi. Mereka akan mencatat semua santri yang terlambat solat berjamaah di masjid dan disetorkan kepada musyrif penanggung jawabnya.
Memang mereka masih SMP, tergolong masih anak-anak sehingga keterlibatan musyrif, lurah pondok, serta direktur pondok dalam jalannya kepengurusan ini harus dipantau. Dengan memberikan nasihat setiap hari, kajian-kajian dan evaluasi kepengurusan setiap hari, mingguan dan bulanan.
Nilai-nilai demokratis ini sebagai pondasi dalam menanamkan karakter mulia. Kepengurusan santri ini juga sebagai ajang belajar kepemimpinan sebelum terjun ke dalam kepemimpinan atau organisasi yang sebenarnya di sekolah seperti IPM dan PMR. Kebanyakan dari santri yang mendaftar PMR adalah santri bidang kesehatan yang sudah terbiasa mendampingi ketika temannya sakit. Bagi santri yang mendaftar di IPM adalah dari bidang yang lainya. Selain itu juga sebagai berproses menjadi manusia yang berkarakter mulia di era gempuran teknologi yang menjadi panutan.
Walaupun terbilang dalam kepengurusan ini juga ada hal negatif yang terjadi, akan tetapi banyak hal positif nya yang bisa menjadi pembelajaran agar lebih baik lagi. Mungkin bagi orang di luar sana tidak berarti apa-apa dan tidak nampak outputnya. Bagi saya pribadi selaku dari orang tua mereka di boarding sangatlah nampak dan jauh berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun awal ketika saya masuk disini. Nilai-nilai demokrasi ini tidak berorientasi pada hasil semata tapi pada proses belajar yang sangat menyenangkan dan penuh arti. Dan proses yang terjadi selama ini akan berbuah di masa depan kelak para santriwan.
- Muhadoroh Sebagai Latihan Public Speaking
Menjadi pribadi yang baik terlihat dari tutur katanya, bagaimana mereka bisa mengolah kata menjadi kalimat yang indah dan santun bisa diterima, mudah dipahami dan tidak menyakiti orang lain yang mendengarkan.
Muhadhoroh adalah sebagai latihan berpidato dengan bahasa mereka sendiri dan juga siap menerima pertanyaan atau pernyataan dari teman-temannya. Muhadhoroh ini sebagai belajar untuk melatih keberanian dan bermental yang kuat, bagaimana tidak? Santri yang tidak bertugas akan ditunjuk secara random untuk mengulas dari salah satu khotib secara spontan. Lewat Muhadhoroh ini santri bisa menyampaikan pendapatnya dan bisa menghargai pendapat orang lain.
Muhadhoroh dilakukan setiap malam Ahad setiap ba’da Maghrib sampai Isya atau jika ada jadwal lain akan dimulai habis isya sampai jam pukul 20.00 Wib. Muhadhoroh ini murni latihan berpidato saja tidak ada acara hiburannya. Biasanya yang mendapat jadwal pidato kurang lebih 10 anak. Untuk pembawa acara 2 anak dan membaca Alquran 1 anak. Untuk sementara ini pidato yang digunakan adalah bahasa Indonesia semoga kedepannya bisa merambah di bahasa Arab, Inggris, dan Jawa.
Itulah bagian dari nilai-nilai demokrasi yang kami ikhtiarkan di boarding putra dalam menumbuhkan, membentuk dan menjaga nilai-nilai demokrasi dalam pribadi santri. Jika santriwan sudah mempunyai pondasi yang kuat maka ketika mereka keluar dari boarding nilai-nilai ini akan sangat bermanfaat untuk kehidupan selanjutnya. Baik yang akan melanjutkan ke pesantren atau boarding lagi maupun ke sekolah umum negeri maupun swasta. Sekecil apapun manfaat yang dipetik santriwan pasti akan membantu dalam proses pendewasaan mereka dalam berpikir kritis dan bertindak sesuai dengan syariat dan moral yang berlaku. Terlebih manfaat itu bisa untuk orang lain, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits :
خَيْرُ الناسِ أَنفَعُهُم لِلنَّاسِ
Artinya: Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.
(Hadits Riwayat ath-Thabrani, Al-Mu’jam al-Ausath, juz VII, hal. 58, dari Jabir bin Abdullah r.a.. Dishahihkan Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam kitab: As-Silsilah Ash-Shahîhah).
Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah salah satu karakter yang harus dimiliki oleh seorang santri.
Kontributor : Dzudin Anas Nasrulloh, A.Md. (Lurah Pondok Putra)
Editor : Ardan Pradana